Rabu, 24 September 2014

Pantun Kias

Ayam sabung jangan dipaut,
Jika ditambat kalah laganya.
Asam di gunung ikan di laut,
Dalam belanga bertemu juga.

Buah kurma berlambak-lambak,
Dimakan orang pagi dan petang.
Bagai kerja menolak ombak,
Makin ditolak semakin datang.

Anak Madras menggetah punai,
Punai terbang mengirap bulu.
Betapa dera arus di sungai,
Ditolak pasang balik ke hulu.
 
 
Kayu tempinis dari kuala,
Dibawa orang pergi ke Melaka.
Betapa manis rasanya nira,
Disimpan lama menjadi cuka.
 
Satu dua tiga enam,
Satu enam jadi tujuh.
Buah delima yang ditanam,
Buah berangan hanya tumbuh.
 
Anak Batak mudik bergalah,
Diketip nyamuk habis lebam.
Bukan retak mencari belah,
Sukat dihempas remuk redam.
 
Jika masak pisang setandan,
Mari simpan dalam kereta.
Jika ada tuah di badan,
Kaca dipegang jadi permata.

Pantun Duka Cita

 
Lurus jalan ke paya kumbuh,
kayu jati bertimbal jalan.
Di mana hati takkan rusuh,
ibu mati bapak berjalan.

Ramai orang dagang tembakau,
ramai karena orang kurai.
Di mana hati takkan risau,
sedang sayang badan bercerai.

Merpati terbang kejalan,
ikan belanak mati dikali.
Bunda mati bapak berjalan,
melarat anak tinggal sendiri.

Nelayan pedang mulai mendarat,
sampai di darat menjual ikan.
Ibu kandung pulang ke akhirat,
tergemang anak ditinggalkan.

Tanam bayam sambil duduk,
tanam didekat pinggir paya.
Lihatlah ayam tak berinduk,
begitu macam untung saya.

Berlari-lari memanjat pinang,
panjat juga pohon kepundung.
Sejak sehari ibu hilang,
anak bagaikan orang linglung.



Tanah liat berkepiat,
ditimpa tanah berderai.
Luka ditangan boleh diobat,
luka dihati membawa sensai.

Pantun Suka Cita

Elok rupanya kumbang janti,
dibawa itik pulang petang.
Tidak terkata besar hati,
Melihat ibu sudah datang.

Emas urai dalam geleta,
Kain pendukung koyak di bendi.
Biar berurai air mata,
Ayah kandung tidak peduli.

 


Hanyut batang berlilit kupai,
terdampar di ujung tanjung jati.
Bunda pulang bapa pun sampai,
Kami semua berbesar hati.

Hanyutlah dari pulau kukus,
Labah-labah beribu-ribu.
Apa kehendak tidak lulus,
Tambahan tidak menaruh ibu.


 Anak katak namanya berudu
Anak lalat namanya larva
Sekian lama aku menunggumu
Akhirnya cinta ini kamu terima

Pantun Kesehatan

                                                                                                                                                                 Ikat tali simpullah dijalin
Biar aman menuruni bukit
Merawat gigi haruslah rajin
Periksa ke dokter gigi walau tak sakit

 Mogok taksi penumpang panik
Polisi datang mengatur jalur
Menggosok gigi yang paling baik
Setiap malam sebelumidur                                                                                  
                                                                                                      
Tumpukkan pulut di dalam kepuh
Buat persiapan menjelang kawin
Kesehatan mulut sangat berpengaruh
Terhadap kesehatan tubuh yang lain


Kalau pergi ke kota Langkat
Tolong bawakan si buah langsat
Kalau gigi sehat dan kuat
Semua makanan terasa nikmat

Kacau batin sesatkan diri
Irikan patik tampak berbilang
Kalau rajin menyikat gigi
Gigi kan putih tidak berlubang

Kalau sudah jaring dipasang
Tancapkan pasak tunggukan pasang
Kalau sudah sakit gigi datang
Tidur tak nyenyak makan tak kenyang
 Mogok taksi penumpang panik
Polisi datang mengatur jalur
Menggosok gigi yang paling baik
Setiap malam sebelum tidur

Senin, 22 September 2014


Pantun Perpisahan

Pucuk pauh selara pauh
Sembilu ledung ledungkan
Adik jauh kekanda jauh
Kalau rindu sama menungkan

Pucuk pauh selara pauh
Pucuk terjuntai di atas titi
Adik jauh kekanda jauh
Menaruh rindu di dalam hati

Patah pasak dalam kemudi
Patah diruang bunga kiambang
Kalaulah tidak bertemu lagi
Bulan yang terang sama dipandang

Batang selasih permainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga
 
Harum sungguh bunga melati
Kembang setangkai diwaktu pagi
Hancur sungguh rasa dihati
Sedang berkasih ditinggal pergi

Jauh berdagang ditengah kota
Menjual dagangan pelbagai benda
Abang pergi mencari harta
Buat meminang akan adinda

Kalau ada sumur diladang
Boleh saya menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Boleh kita berjumpa lagi
 

Pantun Peribahasa

Kayu keras si kayu kampas
Alas tempat orang berjudi
Ada beras kerja pun deras
Ada padi kerja pun menjadi

Tinggi sungguh Gunung Daik
Mercunya nampak terang berkelium
Kalau asal benih yang baik
Jatuh ke laut menjadi pulau

Kayu bakar dibuat arang
Arang dibakar memanaskan diri
Jangan mudah menyalahkan orang
Cermin muka lihat sendiri

Pergi ke rumah Cik Mariam
Ramai orang tengah berjaga
Carik-carik si bulu ayam
Lama-lama bercantum juga
 
Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian

Kehulu memotong pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian
 
 
Kerat kerat kayu diladang
Hendak dibuat hulu cangkul
Berapa berat mata memandang
Barat lagi bahu memikul